Blog Ini Bertujuan Untuk Berbagi Segala Bentuk Informasi Bermanfaat Yang Saya Buat Atau Saya Dapatkan Dari Saudara Blog Yang Lain Dengan Tetap Mencamtumkan Sumber, Terima Kasih Atas Kunjungannya :)
Senin, 05 Mei 2014
Cerpen "MENCARI TUHAN"
Secercah cahaya matahari di ufuk timur. Diiringi dengan suara kokok ayam. Menandakan malam telah beranjak pagi. Aku bangun dari tidur dan mimpiku. Menuju dunia nyata yang kelam kurasakan. Hari-hariku terasa hampa, seperti ada yang hilang dan kurang dalam hidupku. Hidupku serasa tanpa arah dan tujuan. Aku tidak pernah merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Aku terlahir di tengah keluarga penganut Hindu. Aku besar sebagai hamba yang taat. Atau sekedar tetap terlihat taat. Bahkan aku sering ditunjuk sebagai pemimpin jemaat di dalam Klenteng. Orang menganggapku patut untuk dijadikan teladan. Tapi di dalam hatiku terasa sebaliknya. Aku merasa hidup dipenuhi dengan rasa kebimbangan.
Didalam keimananku terdapat sebuah keraguan dan ketidakpuasan. Semakin lama kebimbangan dan keraguan itu menggoyahkan imanku. Aku takut, aku bimbang, dan aku bingung. Aku tidak merasakan kebahagiaan dalam hidup ini. Kesenangan duniawi tidak bisa membuatku bahagia. Harta, jabatan, semua itu terasa hambar dan terkadang hampa.
Kepercayaankupun tidak bisa memberikan kenyamanan dan ketenangan. Dengan ragu aku mulai mencari panutan baru. Pedoman yang bisa mengisi kehampaan hidupku. Karena kekurangpuasanku terhadap ajaran Hindu. Aku mulai meninggalkannya. Pencariankupun dimulai.
Kemudian langkahku terhenti di sebuah tempat asing. Didalamnya terdapat orang-orang yang terlihat sangat berbahagia. Mereka saling bersalaman dan berangkulan. Sangat akrab dan erat. Terdapat senyum yang tidak dapat kumiliki dibibir mereka. Aku iri melihatnya.
Tidak lama, ada seseorang berteriak dan berseru memakai bahasa yang tidak kukenal. Aku tidak tahu apa yang dikatakannya. Namun suaranya merasuk di dalam hatiku. Hatiku bergetar. Tanpa sadar air mataku menetes. Aku tertunduk lemas. Tak pernah kurasakan perasaan seperti ini.
Setelah itu ada seorang laki-laki bersorban mendekatiku. Aku takut. Tapi ternyata, orang itu mengulurkan tangannya padaku. Aku dijabat dan dirangkul. Aku merasakan kehangatan dan keakraban yang selalu kudambakan selama ini. Yang keluargakupun tidak bisa memberikannya. Walaupun, aku belum pernah mengenal dia.
”Wahai saudaraku, mengapa engkau menangis? Dan tidak segera masuk masjid untuk mengerjakan sholat?” Orang itu bertanya kepadaku.
”A.. aku tidak..” sambil tergagap aku menjawabnya kemudian langsung lari meninggalkan orang itu. Laki-laki itu hanya melihatku dan tersenyum.
Sejak saat itu aku mulai resah dan penasaran. Aku ingin tahu siapa mereka. Apa yang merka lakukan? Dan apa kiranya yang membuat mereka terlihat sempurna. Bagaikan ada cahaya pada kehidupan mereka.
Aku sudah tidak pergi ke Klenteng lagi untuk beribadat. Kepercayaanku sudah hilang. Imanku sudah sirna. Hidupku beralih pada sebuah pencarian. Mencari kebenaran yang seungguhnya.
Selang beberapa waktu aku kembali ke tempat itu. Tempat yang memberikan sebuah harapan dan kesempatan dalam hidup ini. Kali ini aku memberanikan diri untuk masuk. Di dalam terdapat orang-orang yang sedang berbaris dengan rapat dan rapi. Tangan mereka diletakkan didada. Di depan terdapat seorang laki-laki. Dan oh, laki-laki itu adalah orang yang menemuiku kemarin. Dia seperti pemimpin orang-orang yang ada dibelakangnya.
Aku duduk dan menanti sambil melihat dari depan pintu. Aku mengamati gerakan mereka. Mereka berdiri kemudian membungkuk dan bersujud. Aku bingung, apa yang mereka sembah? Di depan mereka hanya ada tembok kosong. Tidak ada patung atau sesuatu yang bisa disembah. Gerakan merekapun juga aneh. Aku kagum kepada mereka. Ibadah mereka mencerminkan keagungan Tuhan. Tuhan tidak dilambangkan atau disamakan oleh mereka.
Setelah itu mereka berjabat tangan dan berangkulan lagi. Namun ketika dengan lawan jenis mereka hanya memakai isyarat. Harga diri dan martabat perempuan benar-benar dijaga dan dihormati. Aku terkagum melihatnya.
Melihatku berada di depan pintu salah seorang dari mereka mendatangiku.
”Maaf, mengapa anda duduk di depan pintu? Ayo silahkan masuk.” orang itu menawariku untuk masuk ketempat itu. Tempat yang mereka sebut dengan nama Masjid. Tempat mereka melaksanakan ibadah.
“Eh.. Saya hanya sedang mengamati. Saya tertarik dengan apa yang kalian lakukan. Saya ingin mendalami kepercayaan kalian. Agama Islam.” Dengan memberanikan diri aku menjelaskan tujuanku kepada orang itu.
”Alhmdulillah WallahuAkbar. Apakah anda yakin?” orang itu meyakinkanku.
”Saya yakin.” aku mantap menjawabnya.
”Kalau begitu mari saya perkenalakan kepada Ustadz kami. Beliau akan menjelaskan dan menuntun anda kepada ajaran Islam.” Laki-laki itu mengajakku menemui orang yang disebut Ustadz disana.
Aku dituntun mendekati seseorang ditengah kerumunan jemaah Islam. Ternyata orang itu adalah orang yang menemuiku kemarin. Orang yang telah menunjukan jalan kehidupan yang sempurna. Walaupun kami hanya bertemu sebentar saja. Tapi sikapnya membuatku sadar akan hakekat kehidupan yang sebenarnya.
Kemudian aku duduk di sebelah orang yang dipanggil Ustadz itu. Dia menjelaskan semua tentang ajarannya. Yakni agama Islam. Dia menjelaskan tentang keEsaan dan Kekuasaan Tuhan. Yaitu Allah SWT. Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Tuhan yang memiliki Dzat yang paling sempurna. Dan Tuhan yang telah menunjukan jalan padaku.
Aku kagum dan terpesona dengan penjelasan dan keterangan dari ustadz itu. Tekadku semakin kuat. Keinginanku sudah bulat. Dan akhirnya aku disyahadatkan. Aku resmi menjadi seorang muslim. Aku merasa sangat senang. Aku seperti dilahirkan kembali. Dilahirkan sebagai manusia yang lebih sempurna dan mulia.
Mengetahui diriku telah beralih keyakinan. Keluargaku marah. Aku diancam jika diriku tidak kembali mereka akan mengusirku dan mangambil harta serta anak istriku. Aku tidak peduli. Semua rela kutinggalkan. Matipun aku tetap memilih Islam.
Kini aku tinggal di Masjid. Tempat diriku menemukan sebuah kebenaran. Aku dibimbing dan dididik oleh Ustadz serta teman-teman disini. Aku lebih mendalami Islam. Aku tumbuh menjadi seorang muslim yang taat, kuat, dan teguh.
Aku bersyukur kepada Allah atas petunjuk dan hidayah-Nya. Yang harganya tiada tara. Aku tidak tahu apa jadinya diriku tanpa pertolongannya. Sesungguhnya hidayah Allah selalu hinggap di hati kita. Tapi seringkali kita tidak menghiraukan dan merasakannya. Jadi jangan pernah meragukan keyakinan yang sudah kita ambil dan percayai.(MAW)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar